Kamis, 02 Mei 2013

Tugas 2 Kesehatan Mental


PSIKOANALISA
Carl Jung
Kesadaran (Ego): persepsi-presepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, perasaan-perasaan sadar
Ketidaksadaran: Ketidaksadaran personal: Freud’s Preconscious & Unconscious, Pengalaman-pengalaman yg pernah disadari tapi dilupakan atau diabaikan atau lemah, Materi ketidaksadaran personal “Kompleks”.
Ketidaksadaran kolektif: Kondisi psikis yg potensial, diturunkan dari generasi ke generasi, Deeper level of the unconscious, Komponen struktural Arketipe (Archetype).
Pola emosi yang telah terbentuk lama yang muncul sebagai reaksi atas pengalaman-pengalaman.
Mempengaruhi manusia untuk bereaksi dengan cara2 yg dapat diprediksi pada stimulus tertentu. Konsep lain: Persona, Shadow, Anima, Animus, Great mother, Wise old man, Hero dan Self.
Persona: Sisi kepribadian yang ditunjukkan pada dunia.
Shadow: Arketipe dari kegelapan dan represi yg menampilkan kualitas-kualitas yg tidak kita akui keberadaannya, berusaha disembunyikan dari diri sendiri dan orang lain
Anima: Elemen feminin pada pria
Animus: Elemen maskulin pada wanita
Great mother: dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan vs mengabaikan dan menghancurkan.
Wise old man: Arketipe dari kebijaksanaan dan keberartian yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan
Hero (Pahlawan): Arketipe pahlawan direpresentasikan sebagai sosok yg kuat, melawan kejahatan
Self (Diri): Arketipe paling komprehensif, disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan, keutuhan dan kelengkapan. 



Kausalitas dan Teleologi:
Freud: Kausalitas (sikap seseorang pada masa dewasanya bergantung pada pengalaman masa kecilnya)
Adler: Teleologi (seseorang termotivasi oleh persepsi kesadaran dan ketidaksadaran dari tujuan akhir fiktif)
            Jung:  Kausalitas dan Teleologi harus seimbang.
            Pendapat Jung pada keseimbangan terlihat dari konsepnya tentang mimpi.
Progresi dan Regresi:
Progresi: adaptasi kepada dunia luar. Manusia bereaksi secara konsisten terhadap kondisi lingkungan tertentu. 
Regresi: adaptasi ke dalam. Langkah mundur yang diperlukan dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan.
Tipe Psikologis (sikap dan fungsi):
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian yakni:
Introversi: mengarahkan seseorang ke dunia dalam, dunia subjektif
Ekstroversi: mengarahkan seseorang ke dunia luar, dunia objektif
Orang yang sehat secara psikologis akan mendapati dirinya berada dalam keseimbangan dari dua jenis sikap ini dan merasa nyaman dengan dunia internal dan eksternalnya.4 fungsi tersebut:
1. Sensing (fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik dan mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual)
2. Thinking (aktivitas intelektual logika yang dapat memproduksi serangkaian ide)
                        3. Feeling (proses evaluasi sebuah ide atau kejadian)
                        4. Intuiting (persepsi yang berada jauh di luar sistem kesadaran)

Tahap Perkembangan Kepribadian, Tahap perkembangan dibagi menjadi 4 masa:
            1. Masa kanak-kanak
            2. Masa muda (youth)
3.Masa pertengahan (paruh baya)
4. Masa tua (old age)


Masa kanak-kanak, dibagi menjadi 3 bagian :
1. Anarkis: Kesadaran yang kacau dan sporadis
2. Monarkis: Perkembangan ego dan mulainya masa berpikir secara logis dan verbal
3. Dualistis: Ego terbagi menjadi subjektif dan objektif, anak-anak menyadari dirinya sebagai orang pertama dan mulai sadar akan eksistensinya sebagai individu yang terpisah.

Jung, kepribadian berkembang melalui serangkaian tahap yang berujung pada sebuah keutuhan pribadi atau realisasi diri.
Kelahiran kembali psikologis disebut dengan realisasi diri atau individuasi.
Proses untuk menjadi seseorang atau seseorang secara utuh (proses penyatuan dua kutub menjadi sebuah individu yang homogen). Orang yang telah melewati proses ini telah meminimalkan persona mereka, mengenali anima dan animusnya serta telah mencapai keseimbangan introversi dan ekstraversinya.


HUMANISTIK
Abraham Mashlow
Maslow adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran pada mazhab ketiga (humanis). Dalam teorinya Maslow berpendapat bahwa manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang kemudian disebut dangan teori kebutuhan Maslow. Maslow mengajukan suatu teori kebutuhan yang berdasarkan kepada kirarki, dimana kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebuthan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hamper seluruh aspek kehidupan pribadi serta social. Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetic atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow.


Hirarki Kebutuhan Maslow
1.      Kebutuhan-kebutuhan Fisologis atau Biologis.
Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya tentang kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis. Diman kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makan, minum, tempat tidur, seks dan oksigen.
Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum beranjak kepada kebutuhan lainnya.

2.      Kebutuhan akan Rasa Aman
Setelah kebuthan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman (neurotic), maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat.

3.      Kebutuhan akan rasa cinta kasih
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melaikan oleh kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih saying. Maslow menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta, yaitu “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.

Disamping itu Maslow juga berpendapat bahwa, kecendrungan Freudian menggap cinta berasal dari seks merupakan kesalahan serius. Maslow juga merasa heran mengapa psikologi hanya membahsa sedikit saja tentang cinta, Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kenutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.

4.      Kebutuhan akan penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan yakni” harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi: kebutuhan akan percaya diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan prestasi, ketidak katergantungan dan kebebasan. Sedangkan kebutuhan akan dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.

5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”, itulah yang dikatakan oleh Maslow. Oleh karenanya pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan oleh Maslow dikatakan dengan aktualisasi diri. Dimana aktualisasi pada hirarki kebutuhan Maslow merupakan tingkatan paling tinggi, bagaimana tidak karena setiao orang dapat mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.
Maslow juga membrikan cirri yang universal kepada mereka yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah kemampuan mereka melihat hidup dengan jernih, melihat hidup apa adanya bukan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak bersikap emosional, justru bersikap objektif terhadap hasil-hasil pengamatan mereka. Disamping itu cirri lain dari orang teraktualisasikan dirinya adalah kadar konflik dirinya yang rendah, ia tidak melawan dirinya sendiri tapi ia lebih bersifat produktif.

Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat terlihat bahwa prioritas pemenuhan kebutuhan sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang ada. Artinya individu yang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar secara otomatis akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi dan begitu seterusnya.


Struktur Kepribadian Abraham H. Maslow
Teori kepribadian Maslow terdiri diatas jumlah asumsi dasar tentang motivasi, Yaitu:
Pertama, Maslow mengadopsi pendekatan holistik terhadap motivasi, yaitu: seluruh orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja, yang termotivasi.

Kedua, motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang bisa muncul dari beberapa motif yang terpisah. Contohnya, hasrat untuk melakukan hubungan seks biasanya dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan genital, tetapi juga untuk kebutuhan mendominasi, persahabatan, cinta dan harga diri. Selain itu, motivasi tingkah laku tertentu bisa saja tidak disadari atau tidak diketahui pribadi tersebut. Contohnya, motivasi seorang mahasiswa untuk meraih nilai tinggi bisa saja menopangi kebutuhannya untuk mendominasi atau menguasai. Penerimaan Maslow terhadap pentingnya motivasi yang tidak disadari adalah suatu pembeda utama dirinya dari Gordon Allport. Jika Allport yakin seseorang yang bermain golf untuk mencari kesenangan main golf itu sendiri namun, Maslow berpendapat lain dengan mencari berbagai alasan yang melandasi dibalik kesenangan itu, yang sering kali lebih kompleks dari sekedar keinginan untuk bermain golf.

Asumsi ketiga adalah manusia termotivasi secara terus menerus oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan yang lainnya. Ketika suatu kebutuhan terpenuhi biasanya dia kehilangan daya motivasinya, dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, selama kebutuhan rasa lapar tidak terpenuhi, manusia akan berjuan untuk mencari makanan. Namun ketika sudah cukup makan, mereka akan bergerak pada kebutuhan lain, seperti rasa aman, persahabatan dan harga diri.

Asumsi keempat adalah semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama. Cara manusia diberagam budaya memperoleh makanan, mengungkapkan persahabatan, dan seterusnya bisa sangat beragam namun, kebutuhan fundamental akan makanan, rasa aman, dan persahabatan adalah fakta umum bagi seluruh spesies manusia.


IV. Perkembangan Kepribadian dalam Perspektif Maslow
Konsep perkembangan bagi Abraham Maslow adalah erat kaitannya dengan gagasan-gagasannya tentang kemampuan. Hasil-hasil penelitiannya membawanya sampai pada kesimpulan bahwa perkembangan kearah aktualisasi diri merupakan sesuatu yang wajar sekaligus perlu. Perkembangan diartikannya sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas, kretivitas, kebijaksanaan dan karekter secara terus menerus. Sedangkan pertumbuhan diartikan sebagai pemuasan secara prodresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologisyang makin meningkat.
Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang, tapi kecil presentase orang yang mampu mendekati realitas penuh atas kemampuan-kemampuan mereka, tak terkecuali dilingkungan masyaratakat Amerika yang cenderung bebas. Sehinggga Maslow mengemukakan beberapa factor mengapa manusia itu gagal untuk berkembang dan tumbuh, diantarantaya adalah:
1)      Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa, naluri manusia itu cenderung lemah, akibatnya benih-benih pertumbuhan dengan mudah dibuat tak berdaya oleh kebiasaan-kebiasaan buruk, lingkungan, budaya yang kurang baik atau pendidikan yang kurang memadai atau bahkan keliru.
2)      Dilingkungan kebudayaan barat ada kecendrungan kuat untuk takut pada naluri-naluri, kecendrungan untuk memandang semua naluri bersifat kebinatangan serta hina.
3)      Pengaruh negative kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang rendah itu ternyata kuat.
4)      Kecendrungan pada orang dewasa untuk meragukan dan bahkan takut pada kemampuan-kemampuan mereka sendiri, takut bahwa potensi mereka lebih besar dari yan selama ini merka sadari.
5)      Lingkungan budaya dapat menghambat perkembangan manusia kearah aktualisasi diri.
6)      Sudah dikemukakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah lebih fleksibel dari kebanyakan orang, lebih terbuka pada gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman baru. Tapi banyak dari manusia yan terkungkung dengan masa lalunya, sehingga hal itu dapat menghambat proses perkembangan manusia itu sendiri dan bahkan mereka tidak dapat mengaktualisasiaka dirinya.



BEHAVIORISME
Skinner
Teori Operant Conditioning
Teori ini dikembangkan oleh B.F Skinner. Menurut Skinner dalam tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant conditioning atau operant learning itu melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku ialah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak di antara dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuensi). Dengan demikian, tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada saat lain di waktu yang akan datang.
Prosedur Pembentukan Tingkah laku
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning (kondisioning operan) secara sederhana adalah sebagai berikut:
1)      Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
2)      Menganalisis, kemudian mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. Aspek-aspek tersebut lalu disususn dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
3)      Berdasarkan urutan aspek-aspek itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasireinforcer (hadiah) untuk masing-masing daerah itu.
4)      Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan aspek-aspek yang telah tersusun itu. Kalau aspek pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan aspek itu makin cenderung untuk sering dilakukan. Kalau itu sudah terbentuk, dilakukannya aspek kedua yang diberi hadiah (aspek pertama tidak lagi memerlukan hadiah); demikian berulang-ulang, sampai aspek kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan aspek ketiga.


Respon
Tingkah laku adalah hubungan antara perangsang dan respon. Tingkah laku terjadi apabila ada stimulus khusus. Skinner berpendapat, pribadi seseorang terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya penghargaan dan hukuman. Penghargaan akan diberikan untuk respon yang diharapkan sedangkan hukuman untuk respon yang salah. Pendapat skinner ini memusatkan hubungan antara tingkah laku dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku individu segera diikuti oleh tingkah laku menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah laku itu lagi sesering mungkin.
Konsekuen menyenangkan akan memperkuat tingkah laku, sementara konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku. Jadi, konsekuen yang menyenangkan akan bertambah frekuensinya, sementara konsekuensi yang tidak menyenangkan akan berkutrang frekuensinya. Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu:
ü  Respondent response (reflexive response), yaitu respom yang ditimbulkan oleh suatu perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur saat melihat makanan tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu disebut eliciting stimuli, menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian mendahului respon yang ditimbulkannya.
ü  Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-peerangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giatbelajar (intensif/ kuat).
Pada kenyataannya, respon jenis pertama (respondent/reflexive response/behavior) sangat terbatas adanya pada manusia. Sebaliknya operant response/behavior merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tak terbatas. Oleh karena itu, fokus teori Skinner adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang kedua ini. Persoalannya adalah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan memodifikasi tingkah laku-tingkah laku tersebut.
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan dan atau pun tidak menyenangkan bagi yang bersangkutan. Ada dua hal yang perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi, yaitu:
·        Reinforcement
Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”. Dalam dunia psikologi, reinforcement adalah konsekuensi yang memperkuat tingkah laku. Setiap konsekuensi itu adalah pemberi reinforcement (reinforcer) kalau dia memperkuat tingkah laku berikutnya. Tingkah laku-tingakah laku yang diikuti dengan reinforcement akan diulang-ulang di waktu yang akan datang.
·        Reinforcement positif
Disebut reinforcement positif apabila suatu stimulus terentu (menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan. Misalnya, uang atau pujian diberikan kepada seorang anak yang memperoleh nilai A pada mata pelajaran tertentu.
·        Reinforcement negative
Dinamakan reinforcement negative apabila suatu stimulus tertentu (tidak menyenangkan) ditolak atau dihindari. Reinforcement negative memperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan, ayng bersangkutan cenderung mengulangi perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa. Misalnya, murid yang berungkali dipanggil menghadap Kepsek, pelanggaran disiplin yang dilakukannya itu menjadi bertambah kuat karena dia tetap saja melakukannya.
·        Hukuman
Reinforcement negative seringkali dikacaukan dengan hukuman. Proses reinforcement selalu berupa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya, hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku.  Suatu perbuatan yang diikuti hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi pada situasi-situasi yang serupa di saat lain.

·        Presentation punishment
Terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan atau diberikan. Misalnya, guru memberikan tugas-tugas tambahan karena kesalahan-kesalanan yang dibuat murid.
·        Removal punishment
Terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan. Misalnya anak-anak tidak diperkenankan nonton tv selama seminggu sehingga lalu tidak mau belajar.

Daftar Pustaka
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Feist Jess dkk. (1998). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar